Pages

Top Stories

Memories

https://www.facebook.com/photo.php?v=239637642860700&l=2746930213618464354

Selasa, 24 September 2013

Guru Dalam Kacamata Islam

Guru menurut arti Lughat (bahasa) : atau artinya Pendidik / pengajar, sedang pengertian murid menurut Lughat (bahasa): artinya pelajar / anak didik, antara guru dan murid memiliki satu komitmen (tujuan yang sangat penting yaitu lancar dan suksesnya proses belajar mengajar baik didalam pendidikan formal maupun non formal, maka guru disebut juga orang tua, yaitu sebagai orang tua bagi anak didiknya.  Ada suatu pendapat yang mengatakan bahwa didunia ini ada tiga orang tua yang harus dihormati dan dipatuhi, yaitu :
1.     Orang Tua Kandung yaitu orang tua yang melahirkan dan memelihara kita;
2.     Orang Tua Mertua yaitu orang tua sebab adanya pernikahan;
3.     Orang Tua Guru yaitu orang tua yang mendidik dan mengajar disekolah, dan ada istilah Guru itu artinya digugu dan         ditiru (teladani).
Maka dari beberapa pengertian diatas bahwa guru memgang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, dipundaknya terpikul tanggung jawab utama kefektifan seluruh usaha kependidikan disekolah, ada sesuatu yang hilang selama ini disumbangkan oelh adanya interaksi antara manusia, antara guru dan murid kehilangan yang utama ialah segi keteladanan dan penanaman nilai-nilai yang dikristalisasikan dalam tujuan pengajaran.
Lalu masyarakat menurut arti bahasa          artinya tetangga, jadi masyarakat/tetangga ini adalah kumpulan pribadi seseorang secara berkelompok disuatu tempat tinggal.  Maka timbullah tetangga yang pada akhirnya terbentuk masyarakat, dari tingkat RT sampai tingkat nasional (negara ).  Masyarakatpun dari yang terbelakang sampai yang paling maju, mengatakan bahwa guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat, namun wujud pengakuan itupun berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat lain, sebagian mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkret, sementara yang lain mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih beda yaitu masih menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru.
Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oelh guru, sehingga peran guru baik disekolah maupun ditengah-tengah masyarakatnya bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya maupun bagi lingkungan dimana dirinya bertempat tinggal, karena ada istilah yang mengatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari, maksudnya apa yang dilakukan oleh seorang guru akan menjadi cermin bagi murid-muridnya.
1.    Tugas Guru Di Sekolah
Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN ) pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khususnya diangkat dengan tugas utama mengajar, disamping itu dia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah, tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan oelh guru kepada pelajara dan tiga peranan yang harus dijalankannya, 3 (tiga) layanan yang dimaksud adalah :
1. Layanan Instruksional
2. Layanan Bantuan (bimbingan dan konseling), serta
3. Layanan Adminstrasi
Adapun 3 (tiga) Peranan Guru adalah :
1. Sebagai Pengajar, guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar, tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi 4 (empat) pokok, antara lain :
a. Menguasai Bahan Pengajaran;
b. Merencanakan Program Belajar – Mengajar;
c. Melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar;
d. Menilai program belajar-mengajar.
2. Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajara/siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar mengajar berkaitan erat dengan berbagai masalah diluar kelas yang sifatnya non akademis.
3.     Sebagai Administrator Kelas, mecakup ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti mengelola sekolah, memanfaatkan prosedur dan mekanisme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan.
Disamping memiliki tugas-tugas diatas, guru memiliki kewajiban yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai salah satu komponen tenaga kependidikan, kewajiban tersebut dikemukakan didalam UUSPN pasal 31 sebagai berikut :
a. Membina loyalitas pribadi dan peserta didik terhadap ideologi negara Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945;
b. Menjunjung Tinggi Kebudayaan Bangsa;
c. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian;
d. Meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan bangsa;
e. Menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat bangsa dan negara.
2.    Tugas Guru Di Masyarakat
Harus bisa menjadi touladan bagi lingkungannya, baik moral (akhlaq), kepribadian mapun perbuatan, sehingga baik murid yang dididik di sekolah maupun masayaakat lingkungannya bisa meneladani,  karena keadaan lingkungannya akan sangat berpengaruh, baik atau tidaknya seorang anak didik maka guru harus memahami tetangga disuatu lingkungan dimana dirinya bertempat tinggal, bahwa tetangga memiliki macam bentuk, yang sekaligus memiliki hak masing-masing, yaitu :
a.Tetangga yang memiliki satu hak, yaitu hak sebagai tetangga; apabila disuatu masyarakat muslim berdampingan dengan non muslim;
b.Tetangga yang memiliki dua hak, yaitu karena adanya hubungan nasab dan karena rumahnya berdekatan;
c.Tetangga yang memiliki tiga hak, yaitu karena adanya hubungan nasab, karena ikatan satu agama dan karena rumahnya saling berdekatan.
Maka sebagai guru harus bisa menjadi teladan ditengah-tengah masyarakat yang terdiri dari macam-macam hak dalam bertetangga, sehingga akan tercipta suasana kehidupan yang harmonis dan dinamis, yang secara otomatis akan mempengaruhi jiwa anak didik ditengah-tengah masyarakat.  Dari itu semua akan tercipta sikap toleransi dalam persaudaraan (ukhuwah) dengan baik, sedang dalam Islam sendiri Ukhuwah ada tiga macam, yaitu :
  1. Ukhuwah Wathoniyah, persaudaraan sebangsa setanah air, walaupun berbeda-beda suku bangsa, warna kulit, tetap satu yaitu Republik Indonesia;
  2. Ukhuwah Basyariyah, persaudaraan pada sesama manusia, tidak mengenal perbedaan warna kulit, suku bangsa, jabatan, tetap satu sebagai hamba Allah SWT yang terlahir dalam keadaan merdeka;
  3. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim, tidak mengenal kasta, kedudukan, ras, tetap satu Tuhan yaitu Allah SWT.
Disamping itu guru harus memiliki persyaratan yang berkenaan dengan dirinya, yaitu :
  1. Hendaknya guru senantiasa Insyaf akan pengawasab Allah SWT, terhadapnya dalam segala hal perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah SWT kepadanya;
  2. Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu;
  3. Hendaknya guru berzuhud;
  4. Hendaknya guru tidak berorientasi duniawi;
  5. Hendaknya guru menjauhi mata pencaharian yang hina menurut syariat agama;
  6. Hendaknya guru memlihra syiar-syiar Islam;
  7. Hendaknya guru rajin melakukan hal-hal yang disunahkan agama;
  8. Hendaknya guru memelihara akhlaq mulia dalam pergaulan;
  9. Hendaknya guru selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat;
  10. Hendaknya guru selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang lain yang lebih rendah dari dirinya;
  11. Hendaknya guru rajin meneliti, menyusun dan mengarang.
4. Pendidikan Anak Menurut Ajaran Agama Islam
“Barang siapa tidak berprilaku menurut syariat, maka Allah tidak akan membimbingnya”      ( Umar bin Khatab ).
  1. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Anak
Anak merupakan tanaman kehidupan, buah cita-cita, penyejuk hati, bunga bangsa yang sedang mekar berkembang, dan putik kemanusiaan yang merupakan dasar terbitnya pagi yang cerah, hari esok yang gemilang guna merebut kembali masa lalu yang cemerlang serta memelihara kedudukan umat manusia yang gemilang.
Rasa tanggung jawab terasa semakin besar apabila pembaca mengetahui bahwa anak-anak adalah generasi penerus yang memikul misi kehidupan dimana keduanya merupakan sendi terpenting bagi kehidupan sosial, kemanusiaan, dan pembangunan, 2 (dua) sendi itu adalah :
a. Mereka memikul tanggung jawab melestarikan lapangan kerja bangsa dan hasil yang telah dicapai disegala aspek kehidupan sehingga mereka mampu berada di barisan depan dalam bidang kemajuan guna menggapai seluruh manfaat dan mengangkat bendera kemajuan disetiap sektor, serta meletakan langkah-langkah mereka disetiap aspek kehidupan, juga memperkuat efektifitas mereka dalam kehidupan ini;
b. Mereka mengemban Risalah (misi) nasional diseluruh pelosok dunia dan berusaha merealisasikan kemajuan bangsa, melestarikan kebesarannya, serta meningkatkan kualitasnya beserta kuantitas warga negara disetiap kancah pergulatan khidupan ini;
Karena itu Islam mengarahkan perhatiannya kepada masalah pendidikan mereka, sehingga masayarakat bisa hidup bahagia dan merekapun bisa berusaha memajukan masyarakat.
Dalam Islam kita dapati banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan mengasuh anak serta memelihara kehidupan dan pribadinya.  
  1. Anak diantara Fitrah dan Lingkungan serta Tanggung Jawab Orang Tua dan Guru
Walaupun pesatnya kemajuan psikologi dan keberhasilan yang dicapai oleh para pakarnya, dimana mereka turut serta mengatur perilaku jiwa, menentukan fase-fase emosi dan mengukur dimensi jiwa dengan ukuran-ukuran yang hampir realistis walaupun apa yang meraka bicarakan mengenai masa kanak-kanak dan fase-fase perkembangannya dan apa yang mereka tentukan berupa macam-macam insting dan gejolak emosi serta perilaku anak pada tiap-tiap fasenya, dan lain sebagainya, namun tanpa diragukan lagi Islam merupakan agama pelopor yang mempelopori setiap ide peningkatan kualitas anak di setiap fase perkembangannya serta mendorong roda kehidupan supaya berjalan secara lebar menuju pembangunan yang berhasil, juga menuju peradaban kebudayaan.
Para pakar telah mengakui bahwa lingkungannya dimana anak hidup memiliki pengaruh yang besar (efektif) terhadap tabiat (watak), moral, dan kebiasaan sianak yang pertama sianak akan terpengaruh oelh kedua orang tuanya yang dipandangnya sebagai idola dalam perilaku dan hidupnya, untuk itu seharusnya orang tua tidak menampakan diri dihadapan anak-anak mereka kecuali dalam penampilan yang biak dan perilaku (akhlaq) yang benar, lalu setelah anak memasuki jenjang pendidikan formal di sekolah pengaruh guru dalam kehidupannya sangat berpengaruh, maka guru diharapkan bisa menjadi teladan baik di sekolah maupun di masyarakat.
  1. Pendidik Anutan dan Pembinaan Anak
Para pakar pendidikan Islam, seperti Al-Ghozali, Ibnu Khaldun, dan Ibnu Maskaweh, telah  memperingatkan tentang pentingnya pendidikan anak dengan pertimbangan periode ini sangat baik untuk menanamkan akhlaq serta membina emosi (efektif) dan pikiran (kognitif), para pakar ini telah berbicara panjang lebar mengenai pentingnya atau fungsi pendidikan anak, merak sendiri telah mendengar sabda Rosullulloh S.A.W yang berbunyi :


 

“ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci)”
Al-Qur’an sendiri telah memperingatkan bahwa Islam adalah agama fitrah.  Dalam firman Allah SWT :


 

“ Fitrah Allah SWT yang telah menciptakan manusia menurut fitarhnya itu  “
Budi pekerti sangat dituntut pada masa kanak-kanak, supaya sianak tumbuh dengan memiliki perilaku terpuji dan berakhlaqul karimah. 
Rosullulloh SAW bersabda :
“ Seorang mendidik anaknya jauh lebih baik baginya daripada bersedakah satu Sho’  setiap hari “
Tatkala kita mendidik anak-anak, berarti kita persembahkan benih yang bersih bagi dunia dan elemen yang falah bagi masyarakat, inilah yang menjadi tujuan pendidikan Islam dan Islam itu sendiri, kitapun mendapat pahala karenanya.
  1. Islam dan Pendidikan Mandiri Bagi Anak
Orang tua diwasiatkan untuk memelihara dan membimbing pendidikan anak-anaknya, Islam tidak bermaksud memporak-porandakan jiwa sianak dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga hidup dan urusannya hanya dipikirkan, diatur dan dikelola oleh kedua orang tuanya.
As. Sayid Muhamad Rasyid Ridlo dalam tafsir Al-Manar menuturkan beberapa contoh tentang inti pandangan Islam terhadap pendidikan anak dengan didukung oleh berbagai bukti dan argumentasi, beliau mengatakan bahwa kemadirian dan kebebasan merupakan dua unsur yang menciptakan generasi muda yang mandiri, keduanya merupakan asas bangun Islam.
Acuan jempol bagi Rosulluloh SAW yang pernah bersabda :


 

“ Bermain-mainlah dengan anakmu selama seminggu, didiklah ia selama seminggu, temanilah ia selama seminggu pula, setalah itu suruhlah ia mandiri “
Keikutsertaaan sianak dalam mengemukakan pendapat walaupun pendapatnya tersebut rendah, sederhana, dan jauh dari inti permasalahan dan menjelaskan kekeliruan yang ada pada pendapatnya serta mengemukakan pendapat yang benar, baik dari pihak ayah maupun ibu, merupakan masah yang perlu mendapat perhatian, sikap seperti ini akan membentuk si anak dengan pola baru dan akan memberinya bimbingan dan pengarahan yang benar.
  1. Islam dan Mengajar Anak
Islam menganjurkan menuntut ilmu dan mengajarkanya mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat serta bukan monopoli jenis kelamin atau kelompok golongan tertentu, mencari ilmu merupakan ketentuan umum dan kepentingan setiap makhluk hidup, anak laki-laki dan anak perempuan sama dalam masalah untuk menuntut ilmu, begitu pula dalam hal mengajarkannya.
Masyarakat yang warga negaranya tumbuh berkembang dengan memiliki kesadaran, pengetahuan, pedoman hidup, pandangan hidup, kebudayaan dan ilmu pengetahuan adalah masyarakat yang sejati dan mampu meningkatkan kualitas warga negaranya serta mampu maju berkat adanya warga negara seperti itu.
Rosullulloh SAW Bersabda :


 

“ Ajarilah anak-anak kalian, karena mereka diciptakan untuk mengahadapi zaman yang bukan zaman kalian sekarang ini “


 

“ Tuntutlah ilmu itu meskipun di negeri Cina (hadist)
Tujuan yang akan dicapai oleh Islam dalam kaitannya dengan menuntut ilmu ini jauh sejauh negeri Cina dari negera Arab serta luas seluas-luasnya jarak antar keduanya.  Tidaklah cukup menjadi bukti atas hasrat Islam akan ilmu bahwa ayat pertama Al-Qur’an yang diturunkan, yang merupakan awal terpancarnya fajar nur dan rahmat sesuai dengan menggali ilmu dipelbagai bidang.


Kamis, 15 Agustus 2013

**** Terbelenggu Dalam Penantian Cahaya ***

Ketika tabir mimpi terbentang lalui hari
Saat raga terpasung dalam terik cahaya
Ketika Imagi terbelenggo sinaran rembulan
Hati,,,, hati seakan membeku laksana bongkahan ES di gurun salju

Harapakan hadir satu titik sinar
Yang akan mengangkat dan sadarkan ku dari mimpi
Harapan genggaman jemari
Yang akan sadarkan ku dari berimaginasi

Namun....
Hari terus berputar, detik.... menit... terus berjalan
Aku yang terpasung disini masih menanti
Namun sampai kapan sinaran itu menghampiriku
Sampai kapan jemari mungkil itu sentakkan imagiku

Akhh.........
Aku kini seperti hidup tapi mati
Hidup karena jiwa masih bernafas
Mati karena tiada sentuhan kasih untukku

Sementara belenggu pasung ini begitu kuat membelenggu
Hingga ku tak dapat berbuat apa
Mesikpun ribuan mata yang dulu selalu mengawasiku kini telah pergi
Namun Ku masih tak bisa lepaskan belenggu yang engkau eratkan di diriku

 MI Nurul Hidayah Jambi dan Saya Dinamis Tulen Mumpung Masih dibulan Syawal Mengucapkan Minal Aidin Walfaizin Mohon Maaf lahir dan Bathin 1434.H tahun 2013,
Semoga di bulan syawal ini Allah selalu menaungi kita dalam cinta dan kasih sayang nya..
Aamiin ya Rabbal'alamin..

Senin, 15 Juli 2013

ANALISIS PEMIKIRAN PENDIDIKAN AL- GHAZALI: Upaya Membangun Kecerdasan Siswa yang Religius


              












       Pendidikan merupakan suatu keharusan. Eksistensi pendidik merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan suatu proses pendidikan anak. Hal itu diungkapkan al- Ghazali dalam konteks pemikiran pendidikan, dengan luasnya ilmupengetahuan yang dimilikinya, al- ghazali dijuluki sebagai filosof yang ahli tasawuf. 

                   Al- Ghazali dilahirkan pada tahun 450 H/ 1059 M di kota Thus, wilayah Khurasan. Banyak belajar ilmu pengetahuan dari tokoh- tokoh, seperti Ahmad ibn Muhammad al- Radzakani, Imam Abu Nushr al- Ismaili, Abu al- Ma’ ali al- Juwaini dan Abu Ali al- Faramadi. Al- Ghazali juga dijuluki bahrun muqhriq (laut yang menenggelamkan) karena kecerdasan dan kemampuannya dalam menerima pembelajaran ketika itu. Al- Ghazali wafat di Tabristan pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H/ 1 Desember 1111 M.

                 Sebagai seorang ilmuan, al- Ghazali tentunya memiliki pemikiran- pemikiran dalam segala hal, baik itu tentang filsafat, fiqh, ilmu- ilmu yang bersifat sosial, ilmu alam termasuk didalamnya adalah pemikiran tentang pendidikan. Maka untuk menggali khazanah keilmuan, dianggap penting untuk membahas kembali untuk melengkapi teori- teori kependidikan, termasuk khazanah pendidikan di Indonesia.

              Secara umum, corak pendidikan al- Ghazali memiliki dua aspek penting yaitu terletak pada pengajaran moral religius dengan tanpa mengabaikan kepentingan dunia. Seperti yang bisa di perhatikan saat ini di lembaga- lembaga penyelenggara pendidikan kita, pengajaran moral religius dan mental dilaksanakan hanya beberapa jam pelajaran selama masa belajar aktif. Seperti ilmu- ilmu umum lainnya, ilmu yang sifatnya mengajarkan tentang moral religius perlu juga diberikan ruang dan waktu yang memadai untuk menghasilkan output yang maksimal. Dengan demikian akan terbentuk kepribadian dan kematangan kepada siswa setelah selesai masa studynya.

                   Proses pemikiran al- Ghazali, dimulai dari cara pengenalan sistem pendidikan yang dilaksanakan pada zamannya, jika diteliti secara baik tidak menutup kemungkinan bahwa pemikirannya menjadi bagian terpenting dalam melengkapi aturan dan etika pendidikan kita. Sistem itu antara lain, yaitu:

1. Tujuan Pendidikan
          Dalam melaksanakan aktivitas pendidikan, terlebih dahulu kita harus mengerti tujuan pendidikan itu sendiri, karena dengan demikian akan mengarahkan rotasi pengelolaan pendidikan dan pengajaran di Sekolah atau Madrasah. Tujuan pendidikan menurut al- Ghazali adalah harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekananya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Sebab jika tujuan pendidikan diarahkan selain untuk mendekatkan diri pada Allah akan menyebabkan kesesatan dan kemudaratan.

         Hal diatas penting untuk ditanamkan sejak awal pembelajaran, agar siswa benar- benar meyakini bahwa dengan belajar, siswa akan mengerti apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari pendidikan, sekolah tidak sekedar pondasi untuk mencari pekerjaan, meskipun itu perlu secara formal administrasi, tapi hal yang terpenting adalah bagaimana sekolah itu bisa membentuk jati diri siswa dan menggali bakat yang ada, serta menumbuhkan skill yang akan digelutinya kelak. Konsep pendidikan tersebut, juga diharapkan mampu untuk mengasah otak kita dalam membangun kecerdasan moral, spritual, dan kecerdasan intelektual, itu sebenarnya yang terpenting. 

           Bagi al- Ghazali yang dikatakan orang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat, sehingga derajatnya lebih tinggi disisi Allah dan lebih kebahagiaanya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan menurut al- Ghazali tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2. Kurikulum Pendidikan
             Pandangan kurikulum al- Ghazali lebih mengedepankan aspek pembagian disiplin ilmu pada tempat dan sasarannya. Kurikulum dimaksudkan adalah seperangkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sama halnya kurikulum pendidikan kita sekarang, pembagian- pembagian keilmuan dalam hal ini adalah pembagian mata pelajaran pada proporsi yang sebenarnya, pembagian itu mengedepan sudut pandang output dari pengetahuan tersebut, tetapi sudut pandang itu haruslah benar- benar memiliki kualitas yang bisa diterapkan kepada siswa dan dalam kehidupannya. Sistematika pembagian kurikulum al- Ghazali didasarkan kepada tujuan dari masing- masing kurikulum itu sendiri, dalam hal ini mata pelajaran. Karena bidang- bidang ilmu banyak macamnya, untuk itu diperlukan pembagian bidang- bidang keilmuan yang dinamakan kurikulum.
Yang berbeda dalam penentuan kurikulum al- Ghazali dengan kurikulum sekarang adalah al- Ghazali juga menerapkan status hukum mempelajari yang dikaitkan dengan nilai gunanya atau value, yakni Fardhu ‘ain dan Fardhu kifayah. Maksudnya adalah ada ilmu yang memang wajib untuk dipelajari dan ada yang tidak mesti dipelajari tetapi harus ada diantara manusia untuk mempelajarinya.

3. Pendidik
                   Pendidik dianggap sebagai maslikhul kabir, bahkan dapat dikatakan bahwa pada satu sisi, pendidik mempunyai jasa lebih dibandingkan kedua orang tuanya, telah diungkapkan dengan jelas bahwa pendidik merupakan suatu keharusan yang mutlak bagi keberhasilan suatu proses pendidikan.

                   Pendidik atau yang biasa kita kenal dengan sebutan guru, haruslah memiliki sifat- sifat yang diteladani, karena hal demikian akan mempengaruhi pola pikir siswa tentang pendidik. Jika pendidiknya baik maka siswa memandangnya sebagai teladan tapi jika pendidik tidak baik siswa akan memandangnya sebagai hal yang tidak wajar, bahkan bisa dianggap musuh. Hal itu juga bisa mempengaruhi dalam proses pembelajaran siswa dalam mengikuti pengajaran di kelas. Oleh karenanya, pendidik hendaknya menganggap siswa sebagai anak sendiri, menyayangi dan memperlakukannya dengan sebaik- baiknya. Hal demikian bagus untuk dilakukan untuk memberikan sugesti yang baik kepada siswa, hal itu memberikan juga motivasi untuk mencintai pelajaran yang diberikan oleh pendidik.

             Pendidik yang baik adalah pendidik yang melakukan tugasnya secara ikhlas serta senantiasa mengharapkan ridha Allah dan berorientasi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu pendidik juga harus cermat memanfaatkan waktu dan peluang untuk memberikan nasehat dan bimbingan kepada siswa, bahwa tujuan sebenarnya dari pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan untuk kedudukan atau kebanggaan duniawi. Untuk hal ini, disaat sekarang sulit untuk membendung pola pikir para peserta didik, bahwa sebagian besar pendidikan yang diikutinya lebih mengedepankan tujuan untuk memperoleh pekerjaan, meskipun itu penting tapi akan lebih baik, kalau pendidikan diarahkan kepada terciptanya mentalitas dan bakat siswa yang memungkinkan bisa digunakan untuk kepentingan dunia seperti pekerjaan.

4. Peserta Didik
                Al- Ghazali mengungkapkan bahwa peserta didik selaras dengan konsepnya tentang belajar dan tujuan pendidikannya. Belajar merupakan salah satu bagian dari ibadah guna mencapai derajat seseorang hamba yang tetap dekat dengan khaliknya, untuk itu seorang peserta didik harus berusaha mensucikan jiwanya dari akhlak yang tercela. Dengan sikap rendah hati, harus merasa satu bangunan dengan siswa yang lainya serta berkasih sayang antar siswa sesamanya.

5. Metode dan Media
                       Dalam penerapan pengajaran al- Ghazali, terdapat tiga metode yang diterapkan dalam pembelajaran yang digolongkan dalam tiga aspek yaitu, psikologis, sosiologis dan pragmatis dalam rangka keberhasilan pembelajaran. Dalam pengajaran al- Ghazali bisa digambarkan bahwa metode yang digunakan misalnya metode mujahadah dan riyadlah, pendidikan praktek kedisiplinan, pembiasaan, penyajian dalil naqli dan aqli serta bimbingan dan nasehat.

                        Pemikiran diatas dalam tataran kekinian menjadi hal yang penting kemblai untuk dilakukan, disamping memadukan metode dan media yang modern, sehingga akan tercipta kelas ideal dalam pembelajaran. Kebanyakan yang kita lihat sekarang pendidik jarang untuk memadukan metode dan media dalam pembelajarannya, lebih bersifat monoton dan hal itu akan membuat siswa merasa jenuh dan bosan sehingga pembelajaran yang terjadi tidak ada interakasi yang baik, serta cendrung menurunkan gairah dan hasil belajar siswa itu sendiri. Maka pendidik sekarang perlu mengubah pola pikirnya dalam menerapkan metode dan media pembelajaran yang untuk saat ini semakin mudah mendapatkan informasi dan alatnya.

6. Proses Pembelajaran
                        Proses pengajaran al- Ghazali adalah mengajukan konsep pengintegrasian antara materi, metode dan media atau alat pengajarannya. Upaya itu dilakukan untuk memaksimalkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk itu, proses pembelajaran mestilah diatur dengan menempatkan proporsi keilmuan pada tahap yang sebanarnya, artinya materi yang diberikan kepada siswa hendaknya melihat kemampuan siswa dalam pembelajaran, jika sulit dalam mencerna pelajaran maka diperlukan teknik secara perlahan untuk merangsang otak siswa untuk menahami materi pelajaran dengan baik. Materi yang sistematis, metode yang baik dan bervariasi serta alat pengajaran yang memadai merupakan instrumen paling utama dalam melaksanakan pendidikan terutama dalam pembelajaran. 

                    Dari pemaparan diatas, banyak hal yang dapat diambil manfaatnya untuk diterapkan dalam dunia pendidikan kita, meskipun al- Ghazali hidup ribuan tahun lalu, tetapi pemikiran tetang pendidikan masih relevan untuk diterapkan, secara garis besar konsep pemikiran pendidikan sekarang merupakan manifestasi pemikiran tokoh- tokoh terdahulu termasuk al- Ghazali. Namun yang paling penting dalam konsep pendidikan al- Ghazali adalah penanaman nilai- nilai religius dalam proses pengajaran, sehingga akan terbentuk kepribadian siswa yang matang dan tangguh untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Al- Ghazali tidak menganjurkan untuk tabu mempelajari ilmu umum, al- Ghazali menganjurkan untuk mencari ilmu tersebut dengan pondasi ilmu agama. Dengan demikian, mutu dari keilmuan yang dimiliki siswa dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia Islam secara utuh dan menyeluruh. Maka tugas kita sebagai penerus orang terdahulu untuk melestarikan kehausan akan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari ibadah kita dan sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta ibadah untuk mendapatkan ridhoNya. Semoga

PURITANISME DAN INDIVIDUALISME PENDIDIKAN: Penyakit Pendidikan Kita

           Ada keyakinan dalam nuansa pendidikan kita, yang cendrung mengalami degradasi dalam peningkatan dan pengelolaan sistem pendidikan. Tanpa kita sadari, sebenarnya pendidikan kita mengalami cacat belajar (dan akan terus demikian) jika tidak diberikan terapi yang baik untuk mengobatinya. Semakin kita membiarkannya cacat, maka akan terus membudaya dan menyatu, yang pada gilirannya semakin penyakit itu meningkatkan stadiumnya hingga susah untuk diobati.


                 Penyakit yang melumpuhkan ini, akan menjadi bentuk yang melembaga jika tidak ada keyakinan untuk memperbaikinya. Disadari atau tidak, hal ini hanya sedikit orang yang mempertanyakannya, lebih sedikit lagi orang yang akan melakukan tindakan karena tidak mengertinya metode pembelajaran kita. Jelas, kita membutuhkan revolusi dalam seluruh pendekatan pembelajaran dalam dunia pendidikan, sehingga kita dapat membebaskan diri dari keyakinan dan praktik yang dipaksakan oleh kebudayaan yang sudah melembaga. Perubahan itu perlu, dalam praktiknya perubahan tidak harus mengubah seluruh sistem yang ada, tetapi perubahan cendrung pada pengertian pada penyempurnaan sistem dan tata laksananya.

               Salah satu jalan untuk membebaskan diri kita dari keyakinan dan praktik yang melemahkan ini adalah memahami dari mana asal mereka dan bagaimana mulanya semua tertanam dalam sistem pendidikan kita. Begitu kita memahami hal tersebut, kita tidak lagi melestarikan budaya yang melemahkan pendidikan, karena yang terbaik adalah bagaimana pembelajaran itu terhindar dari cacat belajar, yang tentunya banyak merugikan siswa dan guru. Untuk itu, kebebasan guru untuk memilih pendekatan yang kreatif dan efktif dalam pembelajaran merupakan wajib dilakukan untuk membebaskan pendidikan dari demagogy yang melanda sebagian besar sistem pendidikan.

                  Konteks pendidikan kita sekarang masih merupakan warisan budaya yang lalu, yakni memaksakan siswa untuk lebih banyak menghapal pelajaran dari pada memberikan sugesti tentang makna belajar yang sesungguhnya. Banyak yang kita temui pada sekolah- sekolah, sebagai penyelenggara pendidikan masih menggunakan sistem menghapal bagi siswa, dan sistem monolog atau metode ceramah saja pada guru, yang demikian dikategorikan sebagai pendekatan pembelajaran tradisional.

                                Keduanya memang penting dalam menunjang hasil belajar, tetapi jika ada pendekatan yang lebih efektif dan menyenangkan siswa dalam memahami dengan cepat dan tidak mudah hilang, kenapa harus mempertahankan pendekatan tradisional, hal terbaik yang harus dilakukan adalah menyempurnakannya atau memadukannya dengan pendekatan modern. Pendekatan hafalan dalam pembelajaran seakan tidak memberikan ruang bebas untuk berpikir yang lebih luas, padahal orang yang cerdas itu adalah orang yang memiliki pengetahuan luas, tanpa harus terpaku pada apa yang telah di hafalnya. Jika hal ini terus menerus berlangsung, maka kegiatan pembelajaran akan suram dan jauh dari menyenangkan, karena sikap monoton antara guru dan siswa masih dipertahankan.

                              Hal yang demikian adalah dinamakan puritanisme pendidikan, dimana dalam pembelajaran lebih banyak melakukan indoktrinasi, dalam artian pemaksaan untuk menghafal pelajaran dari pada memahami pelajaran. Puritanisme pendidikan cendrung mengarahkan siswa atau anak didik untuk berpikir tumpul dan menyebabkan logika yang kaku, dingin dan pesimistis. Coba bandingkan hasil belajar dengan menggunkan metode hafalan dan metode latihan secara terus menerus dalam menemukan makna belajar. Maka, hasilnya akan berbeda secara logika maupun teori. Anak didik yang cerdas karena hafalan akan terlihat kaku ketika berada diluar dunianya, sementara anak didik yang cerdas karena latihan lebih banyak akrif dalam menghadapi dunianya. Apalagi jika dipadukan keduanya, maka hasilnya pasti akan memuaskan. Disinilah letak kreativitas guru diperlukan, semakin bervariasi metode pendidikan maka pembelajaran semakin menyenangkan dan bermakna.

                       Untuk itu, mengobati penyakit puritanisme adalah bagaimana mengembalikan kegembiraan anak didik dalam belajar, tanpa tekanan dan paksaan untuk menguasai pengetahuan. Belajar dikatakan berhasil jika anak didik merasa bahagia dalam belajar dan pembelajarannya, artinya hasil yang akan dicapai akan maksimal tanpa harus mengorbankan banyak waktu. Mengobati puritanisme juga bisa dilakukan dengan meningkatkan minat anak didik melalui kegiatan yang menguntungkan dan mengeluarkannya dari rasa cemas dan ketakutan. Kuncinya, adalah penyakit puritanisme dapat diobati dengan meningkatkan kegembiraan anak didik, kegembiraan yang dimaksud disini bukanlah kegembiranaan dalam bentuk kesenangan sembrono atau hura- hura melainkan memberikan kedamaian yang mendalam kepada siswa atau anak didik. Dalam ilmu psikologipun sering mengungkapkan bahwa orang yang merasa murung, stress atau kaku tidak akan bisa melakukan apa- apa secara maksimal. Maka disinilah letak strategisnya dalam mengobati penyakit puritanisme pendidikan dengan mengelola metode pembelajaran yang bisa meningkatkan kegembiraan tanpa indoktrinasi.

                                  Penyakit lain yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah individualisme pendidikan. Secara umum individualisme secara umum dapat diartikan bahwa setiap orang untuk dirinya sendiri. Bayangkan jika hal ini, terjadi dalam dunia pendidikan kita, semakin sulit untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena jika guru mempunyai sikap individualisme maka perkembangan psikologi siswa dan perkembangan belajar siswa tidak akan terkontrol, jika guru hanya berpikiran untuk gaji, atau hanya menunaikan tugas wajib, bagaiman kehidupan dunia pendidikan kedepan.

Akibat lain dari penerapan individualisme dalam pendidikan adalah penentuan nilai- nilai yang bersifat individual dan kadang- kadang berdasarkan kurva nilai A banyaknya harus sekian. Maka siswa atau anak didik saling bersaing untuk meraih nilai dan kehormatan tinggi. Penyebab itu semua adalah anggapan banyak orang yang menganggap tujuan pendidikan adalah menghasilkan individu kuat dan mandiri yang dapat bekerja sendiri. Hal demikian bisa mengakibatkan pendidikan sering menjadi kurungan yang melembaga, karena kurangnya interaksi antar siswa yang lain. Tidak membudayanya belajar kelompok sebagaian siswa adalah manifestasi dari penerapan individualisme yang tentu merugikan anak didik itu sendiri, yann paling pokok sebenarnya adalah bagaimana interaksi antar siswa, guru, dan lingkungan dilakukan secara variatif untuk menghilangkan sikap individualisme dalan pendidikan.

                         Manusia diciptakan diberikan sifat untuk mengenal alam sekitar dan isinya, interaksi dengan alam dan manusia adalah ciri dari makhluk sosial. Dalam pendidikan dan pembelajaran, hal ini diperlukan untuk memberikan warna dalam pikiran dan pengetahuan anak didik atau siswa. Maka dapat dikatakan, belajar yang baik itu bersifat sosial. Jika setiap anak didik atau siswa saling membantu dalam belajar, pembelajaran akan meningkat pesat. Bimbingan antar sesama siswa akan meningkat lebih efektif dari pada bimbingan guru, karena siswa akan merasa gembira dan tanpa beban dalam mengekspresikan pikirannya. Jika bimbingan guru, sebagian siswa masih terlihat ragu- ragu untuk memberikan pandangan tentang suatu hal.

                                     Direktur Center for Accelerated Learning asal Geneva, Dave Meier menyatakan bahwa dalam dunia pelatiahan, sering melihat berbagai keajaiban ketika kelas diubah dari sekumpulan individu yang terpisah- pisah menjadi satu komunitas belajar. Dalam pelatihan tersebut, Dave Meier telah menyaksikan meningkatnya kecepatan belajar dan daya ingat sebanyak lebih dari 300 %, angka kegagalan turun dari 40 % menjadi 2 %, dan nilai ujian membaik lebih dari 400 %. 

                            Hal itu menunjukkan, kebanyakan orang belajar lebih baik secara bersama- sama daripada sendiri- sendiri. Jika setiap orang dalam suatu kelompok belajar menjadi pengajar dan pembelajaran sekaligus, tingkat stress menurun dan pembelajaran meningkat pesat.

                            Kedua penyakit diatas, yakni puritanisme dan individualisme hanyalah sebagian kecil dari penyakit pendidikan yang dapat menyebabkan cacat belajar pada siswa. Setiap masalah pasti ada solusinya, saatnya kita berbuat untuk menyembuhkan penyakit pendidikan tersebut, karena jika dibiarkan berlarut- larut akan mengakibatkan penyakit pendidikan itu akan semakin parah dan akan semakin sulit disembuhkan. Dukungan dari setiap lembaga dan pelaksana pendidikan mesti berperan penting dalam mengatasi hal ini, hanya dengan kemauanlah yang bisa mengubah semua menjadi baik, dan yang perlu diperhatikan juga adalah mengurangi komersialisasi dalam pendidikan, karna hal itu akan lebih memperparah sistem pendidikan kita yang sudah semakin membaik, meskipun setiap pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) indikasi- inndikasi kecurangan masih ada, semoga indikasi- indikasi itu hanya dugaan, hanya kita sendiri para profesionalis pendidikan yang mampu membuktikan.

Sabtu, 13 Juli 2013

Do'a-Do'a Khotmil Qur'an

Complete Dua Khatmul Quran smal - Upon completing Quran - Complete - Choti






















Maha benar Allah yang Maha Agung, dan RosulNya Nabi yang mulia dan kami bersaksi atas kebenaran hal tersebut. Ya Rabb kami, terimalah amalan kami, karena sesunggguhnya Engkau maha mendengar dan maha mengetahui.
Ya Allah anugerahkanlah kpd kami kenikmatan/kemanisan bagi tiap2 hurup dari Al Qur’an, dan balasan bagi tiap2 juz dari Al Qur’an. Ya Allah jadikanlah hurup alif sebagai kelembutan, hurup ba barokah, ta taubah, tsa pahala, jim kecantikan, ha hikmah, kha kebaikan, dal dalil/petunjuk, dza kecerdasan, ra rahmah, za kesucian, sin kebahagiaan, syin syifaa/obat, shad kebenaran, dho cahaya, tho ketenangan (?), dzo keluasan, `ain ilmu, gho kekayaan, fa kemenangan, qo kedekatan, qaf kemuliaan, lam kelembutan, mim nasehat, nun cahaya, wa wushlah/sarana (?), ha petunjuk, ya keyakinan.
Yaa Allah berikanlah kami manfaat dengan Al Qur’an yang agung dan tinggikanlah derajat kami dengan ayat2nya dan terimalah bacaan kami dan maafkanlah segala kesalahan, kelupaan, perubahan kalimat dari tempatnya, mengawalkan atau mengkahirkan, penambahan atau pengurangan, penafsiran yang tidak sesuai denga apa yang Engkau turunkan, keraguan atau sahwun (?), sui ilhanin(?), dan terburu2 ketika tilawah, kemalasan atau kesesatan lidah, waqof (berhenti) bukan pada tempatnya, mengidghomkan (mendengungkan bacaan) yang bukan idghom, mengidzharkan (bacaan tanpa dengung) yang bukan idzhar, madd (memanjangkan bacaan), mentasydid, hamzah, atau sukun, i’rab yang bukan pada tempatnya, atau kurangnya rasa cinta dan senang terhadap ayat2 yang memeberii berita gembira, dan kurangnya rasa takut ketika membaca ayat2 ancaman, maka ampunilah kami ya Allah, dan jadikanlah kami sebagai oarang yang syahid.
Ya Allah terangilah hati kami dengan Al Qur’an, dan hiasilah akhlak kami dengan Al Qur’an, jauhkanlah kami dari api neraka dengan Al Qur’an, masukkanlah kami ke surgamu dengan Al Qur’an. Jadikanlah Al Qur’an sebagai teman di dunia, di dalam kubur sebagai penerang/teman , cahaya di atas titian (shirath), dan teman di dalam surga, dan penghalang dan hijab dari api neraka, sebagai petunjuk untuk segala kebaikan dan tetapkanlah kami dlm kesempurnaan , anugrahkan kepada kami kemudahan dlm mengamalkan Al Qur’an dgn hati dan lisan, senantiasa cinta kpd kebaikan, kebahagiaan, kegembiraan atau keindahan iman. Dan sholawat dan salam yg senantiasa tercurah kpd junjungan Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabat atas kebaikan akhlaq dan kelembutan budi pekertinya di atas cahaya arsy.
-----------------------------
Foto Kegiatan



Dokumentasi :  MI Nurul Hidayah Pasir Putih Kota Jambi
--------------------------------------------------------------------
Tak banyak yang tahu, salah satu waktu yang sangat mustajab untuk berdoa adalah ketika khatam Al-Quran. Ini merupakan satu di antara pintu-pintu untuk mendapatkan kelapangan dalam hidup. Dalam beberapa riwayat yang shahih, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Abwab al-Faraj, karya Sayyid Muhammad bin Alwi AI-Maliky, dijelaskan, saat khatam Al-Quran rahmat Allah turun. Imam An-Nawawi mengatakan, berdoa setelah khatam AI-Quran sangat disunnahkan.

Karena itu, sangat ditekankan pula agar yang lain, selain pembaca itu sendiri, ikut menghadiri majelis khatam AI-Quran,, agar juga mendapatkan keberkahannya pula. Jadi, keberkahan saat khatam Al¬Quran bukan hanya bagi si pembacanya, tetapi juga bagi sernua yang menghadirinya. Karena itu, setiap orang yang dapat menghadirinya, sebaiknya jangan sampai kehilang¬an kesempatan yang berharga ini, dan memanfaatkannya untuk memo¬hon kepada Allah apa yang diinginkannya.
Khatam Al-Qur'an merupakan Program Tahunan  dari Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Pasir Putih Kota Jambi, Agar anak tersebut bukan saja dapat berguna bagi bangsa dan negara Tetapi juga berguna bagi Agama, Hal tersebut disambut baik oleh para ustad, para kiai, para ulama dan Masyarakat setempat
---------------------------------------------
Adab-Adab Khataman Al-Quran
---------------------------------------------
Dalam mengkhatamkan AI-Quran, terdapat adab-adab yang mesti kita perhatikan agar kita mendapatkan manfaat dan keberkahan yang sebe¬sar-besarnya. Di antara adab-adab yang mesti kita perhatikan di antaranya sebagai berikut:

1.bila pembaca AI-Quran itu seorang diri (tidak berjamaah), amat disukai bila ia mengkhatamkannya di dalam shalat. Sedangkan bagi yang mengkhatamkannya di luar shalat, atau bagi jamaah yang mengkhatam¬kannya bersama-sama, hendaknya ia khatamkan bersama-sama pada awal malam.
2.berpuasa pada hari khatam AI-Quran, kecuali jika hari itu jatuh pada hari yang dilarang berpuasa. Di antara tokoh-tokoh yang selalu ber¬puasa ketika khatam AI-Quran adalah Thalhah bin Musharrif, Al-Musayyab bin Rabi`, dan Habib bin Tsabit.
3.amat disukai mengundang dan mengumpulkan anggota keluarga dan orang-orang yang terhormat untuk menghadiri khataman AI-Quran.
Anas bin Malik selalu mengumpulkan ang¬gota keluarganya ketika khatam Al¬Quran dan kemudian berdoa bersama. Mujahid dan Ubadah selalu mengun¬dang ‘Uyainah At-Tabi’iy untuk me= nyaksikan khataman AI-Quran.
4.hendaklah berdoa di kala khatam AI-Quran. Para sahabat me¬ngatakan, “Rahmat Allah diturunkan ketika khatam AI-Quran” Diberitakan oleh Ad-Darimi dari Humaid AI-A’raj, is mengatakan, “Barang siapa membaca AI-Quran, kemudian ia berdoa, niscaya doanya itu diamini empat ribu malaikat.”
5.amat disukai bila khataman AI-Quran itu dilakukan sekali pada awal malam dan sekali pada awal siang. Khatam di siang hari dilakukan pada awal siang dalam dua rakaat shalat sunnah fajar atau sesudahnya, sedang khatam pada malam hari di¬lakukan pada awal malam Jumat dalam dua rakaat sunnah maghrib atau sesudahnya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Daud dan `Amr bin Murrah At-Tabi’iy, ia me¬ngatakan, “Mereka (para sahabat) lebih suka mengkhatamkan AI-Quran pada awal malam atau pada awal siang”Thalhah bin Musharrif At-Tabi’iy mengatakan, “Barang siapa mengkha¬tamkan AI-Quran di sembarang waktu di siang hari, para malaikat bershalawat baginya hingga petang hari; dan ba¬rang siapa mengkhatamkan AI-Quran di sembarang malam, para malaikat bershalawat untuknya hingga pagi hari:’
6. ketika khatam AI-Quran, hendaknya berdoa mengenai urusan¬ urusan penting yang sedang dihadapi. Hendaknya pula, sebagian dari isi doa itu mengenai akhirat, urusan umum, pe-merintah, dan sebagainya, yaitu agar mereka mendapat taufik dari Allah, taat kepada-Nya, terpelihara dari kesalah¬an, sating menolong atas kebajikan clan ketaqwaan, membela kebenaran, dan bersatu menentang musuh-musuh agama.
7.sebaiknya, setelah khatam AI-Quran, segera mulai membacanya lagi dari awal mushaf atau di bagian mana saja.

Doa Khatam Al-Quran
Banyak sekali doa khatam Al¬Quran yang disusun para ulama, balk yang terkenal karena sering dibaca di berbagai tempat, maupun yang ku¬rang dikenal masyarakat luas. Di bawah ini dipersembahkan kepada Anda doa-doa khatam AI-Quran, yang telah dikenal luas maupun yang belum, agar dapat diamalkan ketika kita mengkhatamkan AI-Quran.

Bismillahir-rahmanir-rahim
Allahummar-hamna bilqur’an, waj-‘alhu lana imamaw-wa nuraw-wa hudaw-wa rahmah. Allahumma dzakkirna minhu ma nasina wa ‘alimna minhu ma jahilna warzuqna tilawatahu ana’al-laili wa athrafan-nahar, waj-‘alhu lana hujjatan ya rabbal ‘alamin.

Allahumma ashlih li dinil-ladzi huwa ‘ishmatu amri wa ashlih li dun¬yayal-lati fiha ma `asy wa ashlih li akhiratil-lati fiha ma`adi waj-`alil¬-hayata ziyadatan lana fi kulli khair, waj’alil-mauta rahatan lana min kulli syarr.
Allahummaj-`al khaira `umri akhi-¬rahu wa khaira `amali khawatimahu wa khaira ayyami yauma alqaka fih.
Allahumma inni as’aluka `isyatan haniyyah wa mitatan sawiyyah wa maraddan ghaira makhziyyin wa la fadhih.
Allahumma inni as’aluka khairal-¬mas’alah wa khairad-du`a’ wa khairan¬najah wa khairal-`amal wa khairats¬tsawab wa khairal-hayah wa khairal-¬mamat, wa tsabbitni wa tsaqqil ma¬-wazini wa haqqiq imani warfa `darajati wa taqabbal shalati waghfirkhathi’ati, wa as’alukal-`ula minal jannah.
Allahumma inni as’aluka mujibati rahmatika wa `aza’ima maghfiratika was-salamata min kulli itsmin wal¬ghanimata min kulli birrin wal-fauza bil jannati wan-najata minan-nar. Allahumma ahsin `aqibatana fil-¬umuri kulliha wa ajirna min khiz-yid¬dunya wa `adzabil-akhirah.
Allahummaqsim lana min khasy-¬yatika ma tahulu bihi bainana wa baina ma `shiyatika wa min tha`atika ma tuballighuna biha jannataka wa minal-yaqini ma tuhawwinu bihi `alai¬na masha’ibad-dunya, wa matti`na bi’asma `ina wa absharina wa quwwa¬tina ma ahyaitana waj-`alhul-waritsa minna, waj-’al tsa’rana `ala man zhalamana wanshurna `ala man `adana wa la taj-’al mushibatana fi dinina wa la taj`alid-dunya akbara hammina wa la mablagha `ilmina wa la tusallith `alaina man la yarha¬muna.
Allahumma la tada ` lana dzanban illa ghafartahu wa la hamman illa farrajtahu wa la dainan illa qadhai-¬tahu wa la hajatan min hawa’ijid¬dunya wal-akhirati illa qadhaitaha, ya arhamar-rahimin. Rabbana atina fid¬dunya hasanatan wa fil-akhirati ha¬sanatan wa qina `adzaban-nar. Wa shallallahu `ala nabiyyina Muham¬madin wa `ala alihi wa ash_habihil¬-akhyari wa sallama tasliman katsira.
“Ya Allah, rahmatilah aku dengan AI-Quran; dan jadikanlah ia sebagai imam, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah aku akan segala yang terlupa darinya, ajarilah aku semua yang aku tidak tahu darinya, berilah kepadaku anu¬gerah berupa kemampuan memba¬canya di waktu malam dan siang, dan jadikanlah ia sebagai hujah bagiku, wahai Tuhan sekalian alam.
Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku, yang merupakan pemeli¬hara urusanku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat penghi¬dupanku, perbaikilah untukku akhi¬ratku yang merupakan tempat kem¬baliku, jadikanlah kehidupan seba¬gai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai istirahat bagiku dari setiap kejahatan.
Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah pada akhirnya, se¬baik-baik perbuatanku pada penutupnya, dan sebaik-baik hariku ada¬lah hari di mana aku menjumpai-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku bermo¬hon kepada-Mu kehidupan yang menyenangkan, kematian yang be¬nar, serta kepulangan yang tidak membawa aib dan nama buruk.
Ya Allah, sesungguhnya aku me¬mohon kepada-Mu permohonan ter¬baik, doa terbaik, keberhasilan ter¬baik, perbuatan terbaik, ganjaran ter¬baik, kehidupan terbaik, dan kemati¬an terbaik. Tetapkanlah dan berat¬kanlah timbangan baikku, sahkanlah keimananku, naikkanlah derajatku, terimalah shalatku, ampunilah aku atas kesalahan-kesalahanku, dan aku memohon kepada-Mu surga yang tinggi.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hal-hal yang dapat menyebabkan rahmat-Mu, ampunan-ampunan-Mu, keselamat¬an dari segala dosa, keberuntungan dari segala kebaikan, keberhasilan dengan mendapatkan surga, dan ke¬selamatan dari siksa neraka. Ya Allah, baguskanlah akhir semua urusanku dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat.
Ya Allah, berilah untuk kami rasa takut kepada-Mu yang dengannya Engkau menghalangi kami dengan perbuatan maksiat terhadap-Mu, dan berilah ketaatan kepada-Mu yang membawa kami kepada surga¬Mu, dan keyakinan yang membuat Engkau menjadikan musibah dunia terasa remeh bagi kami. Dan berilah kepada kami kenikmatan dengan pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami, dan kekuatan kami, selama Engkau masih menghidupkan kami, dan jadikanlah ia sebagai waris dari kami, berilah balasan terhadap orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami atas orang yang memusuhi kami. Janganlah Engkau menjadikan musibah kami terdapat dalam urusan agama kami, jangan pula Engkau menjadikan dunia se¬bagai cita-cita kami yang terbesar, dan jangan pula sebagai puncak ilmu kami, dan janganlah Engkau menguasakan kami pada orang yang tidak sayang kepada kami.
Ya Allah, janganlah Engkau biar¬kan kami memiliki dosa melainkan Engkau hapuskan, jangan biarkan kami memiliki kesulitan melainkan Engkau bukakan, dan jangan pula biarkan kami mempunyai utang me¬lainkan Engkau lunaskan, wahai Yang Paling Pengasih di antara yang pengasih. Ya Allah, berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaik¬an di negeri akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ke¬sejahteraan-Nya kepada Nabi kita Muhammad SAW, juga kepada ke¬luarga dan para sahabatnya”

Berikut ini doa khatam Al-Quran yang disusun ulama terkemuka, panutan umat, Al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, yang secara singkat sering di sebut sebagai Imam Nawawi saja.Inilah doa-nya .
Bismillahir-rahmanir-rahim
Allahumma ashlih qulubana wa azil `uyubana wa tawallana bil-husna wa zayyinna bit-taqwa wajma ` lana khairal-akhirati wal-ula warzuqna tha `ataka ma abqaitana. Allahumma yassirna lil-yusra wa jannibnal- `usra wa a`idzna min syururi anfusina wa sayyi’ati a`malina, wa a `idzna min `adzabin-nari wa`adzabil-qabri wa fitnatil-mahya wal-mamati wa fitnatil¬ masihid-dajjal. Allahumma inna nas’alukal-huda wat-taqwa wal-`afafa wa ghina. Allahumma inna nas¬taudi`uka adyanana wa abdanana wa khawatima a`malina wa anfusana wa ahlina wa ahbabana wa sa’iral¬ muslimina wa jami `a ma an`amta `alaina wa `alaihim min umuril¬akhirati wad-dunya.
Allahumma inna nas’alukal-’afwa wal-`afiyata fid-dini wad-dunya wal¬akhirah, wajma ` bainana wa baina ahbabina fi dari karamatika bifadh¬-lika wa rahmatik. Allahumma ashlih wulatal-muslimina wa waffiqhum lil`adli fi ra`ayahum wal-ihsani ilaihim wasy-syafaqati `alaihim warrifqi bihim wal-i`tina’i bimashalihihim wa hab¬bibhum ilar-ra`iyyati wa habbibir¬-ra`iyyata ilaihim wa waffiqhum lishirathikal-mustaqimi wal-`amali biwazha’ifi dinikal-qawim. Allahum¬-mal-thuf bi`abdika sulthanana wa waffiqhu limashalihid-dunya wal¬akhirati wa habbibhu ila ra`iyyatih.
“Ya Allah, perbaikilah hati kami, hilangkanlah aib kami, uruslah kami dengan kebaikan, hiasilah kami de¬ngan ketaqwaan, himpunkanlah bagi kami kebaikan akhirat dan kebaikan dunia, dan anugerahkanlah kepada kami ketaatan kepada-Mu selama Engkau masih menghidupkan kami. Ya Allah, mudahkanlah kami untuk mendapatkan kemudahan, jauhkan¬lah kami dari kesulitan, lindungilah kami dari keburukan diri kami dan kejelekan perbuatan kami, dan pe¬liharalah kami dari azab neraka, azab kubur, fitnah kehidupan, fitnah ke¬matian, dan fitnah Al-Masih ad-Dajjal. Ya Allah, sesungguhnya kami me¬mohon kepada-Mu petunjuk, ketaq¬waan, sikap menjaga diri, dan ke¬kayaan. Ya Allah, sesungguhnya kami menitipkan kepada-Mu agama kami, tubuh kami, akhir perbuatan kami, diri kami, keluarga kami, para pecinta kami, dan semua orang muslim, serta semua yang Engkau berikan kepada kami dan kepada mereka dalam urusan akhirat dan urusan dunia.
Ya Allah, sesungguhnya kami me¬mohon kepada-Mu ampunan dan afiat dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Dan kumpulkanlah kami de¬ngan orang-orang yang kami cintai di negeri kemuliaan-Mu dengan anu¬gerah keutamaan-Mu dan rahmat-Mu.
Ya Allah, perbaikilah para penguasa Muslim, dan berilah mereka petunjuk untuk bersikap adil terhadap rakyat mereka, berbuat baik kepada me¬reka, sayang kepada mereka, lemah lembut terhadap mereka, dan mem¬perhatikan kepentingan-kepentingan mereka. Jadikanlah mereka cinta ke¬pada rakyat, dan jadikanlah pula rak¬yat cinta kepada mereka, dan berilah mereka petunjuk menuju jalan-Mu yang lurus dan mengamalkan agama-Mu yang benar.
Ya Allah, lem¬butkanlah penguasa kami, berilah ia petunjuk menuju maslahat dunia dan akhirat, dan jadikanlah ia mencintai rakyatnya.”
Ini adalah doa khatam al Qur’an. Ada beberapa versi doa untuk khatam al Qur’an. Ini adalah salah satunya, yang biasanya terlampir pada mushaf al Qur’an edisi besar.          Sumber: http://qiraatipati.wordpress.com/2012/01/28/doa-doa-khotmil-quran-pembuka-gerbang-kebajikan/

 

Blogger news

Saya menciptakan blog saya, sebagai wahana komunikasi bertukar pikiran secara jernih, intelektual dan simpatik, atas dasar prinsip saling menghormati. Melalui blog ini, saya ingin berbagi pemikiran, pengalaman dan gagasan, yang barangkali akan bermanfaat untuk menambah wawasan dalam menyikapi berbagai peristwa yang terjadi di sekitar kita. Apa yang saya ungkapkan, mungkin saja bersifat subyektif, karena didasarkan pada titik pandang, falsafah dan keyakinan keagamaan yang saya anut.

Blogroll

Blogger Gadgets

About

Prolog Blog

Selamat Datang/ Welcome/مرحبا

السلام عليكم أهلا باتصالكم الى هذا بلوكسفوت
Selamat Datang Di Blog yang Insya Allah kita saling berbagi ilmu sebagai upaya peningkatan amal jariyah... dan Juga terima kasih atas komentar dan partisipasi anda semua; Welcome to the Blog that Insha Allah weshare knowledge as an effort to increasecharitable of Jariyah ... and also thank you foryour comments and participation of all;
أهلا ومرحبا بإتصالكم فى هذه المدوّنة تكون هذه مجال لجارية العمل فى العلم وأشكركم أيضا على تعليقاتكم ومشاركتكم والسلام عليكم جميعا
---------------------------------